PENERBIT MAYOR DALAM DUNIA PERBUKUAN

RESUME KE-11

Narasumber: EDI S. MULYANTA,S.Si.,M.T.

Tema          : Penerbit Mayor

Moderator  : Bambang Purwanto

Rabu, 28 April 2021

A. Pendahuluan

Tema pelatihan kali ini adalah Penerbit Mayor, menghadirkan bapak Edi S. Mulyanta, S.Si., M.T. sebagai narasumber. Diawali dengan pembukaan oleh Mas Bambang Purwanto sebagai moderator. Lelaki  kelahiran Yogyakarta tahun 1969 ini menempuh Pendidikan S1 di Universitas Gajah Mada, jurusan Geografi. Kemudian melanjutkan  Pendidikan ke S2 di Universitas yang sama pada jurusan Teknologi Informasi. Berbekal disiplin ilmu yang berbeda serta kecintaan beliau terhadap dunia tulis-menulis, kini beliau menjabat Publishing Consultant & E-Book Development Andi Publisher.

Edi memiliki pengalaman dan berbagai jabatan yang diamanahkan kepadanya, yaitu:

1. Staff LitBang Komputer PT. Wahana Semarang 1994-2000

2. Staff EDP PT. Sanggar Film Semarang 1995-2001

3. Ka. Lab. Komputer STMIK Proactive Yogyakarta 2001-2002

4. Dosen Tamu Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta 2002

5. Staff Net Business PT. Bayu Indra Grafika Yogyakarta 2002

6. Staff Litbang Penerbitan ANDI Jogjakarta 2003-2004

7. Operasional Penerbit ANDI Jogjakarta 2004-2019

8. Publishing Consultant & E-Book Development Penerbit Andi 2020-sekarang

9. Founder Pasar Buku Digital ebukune.my.id dan bukudigital.my.id 2020-sekarang

Berikut ini adalah karya beliau:

a.       How to make money in BIG DATA, 2021

b.       Lebih Mahir Word 2019, Untuk Penulisan Ilmiah, 2019

c.       Teknik Modern Fotografi Digital 2007

d.       Pengolahan Digital Image 2007

e.       Menyusun Karya Tulis Ilmiah Menggunakan MS Office Word, 2006

f.        Special Workshop: Teknik Airbrush Menggunakan Photoshop 2005

g.       Menjadi Desainer Layout Andal dengan Adobe InDesign 2005

h.       Pengenalan Protokol Jaringan Wireless Komputer 2005

i.         Kupas Tuntas Ponsel Anda 2003 dll

 

B. Liku-liku Penerbitan di Indonesia

Sebelum bergabung di Penerbit Andi, Edi adalah penulis lepas yang memenuhi kebutuhan hidup dari menulis buku. Hampir 20 tahun Edi menangani penerbitan di Penerbit Andi, beliau berharap semoga pengalamannya dapat memberikan inspirasi kepada seluruh peserta pelatihan belajar menulis gelombang ke-18.

Untuk pertamakalinya, pengalaman di penerbitan yang tidak pernah dijumpai pada tahun-tahun sebelumnya, lesu selama 1 tahun lebih. Dengan adanya pandemi yang luar biasa, ternyata mampu  mengubah perputaran bisnis di semua bidang termasuk penerbit buku Andi sebagai industri.

Kemudian bulan Maret 2021, kegiatan penerbit Andi dapat dikatakan sudah kembali berjalan normal seperti biasa. Namun tantangan yang timbul akibat pandemi dilalui dengan  penuh perjuangan, yang akhirnya dapat diselesaikan dan membutuhkan waktu yang panjang.

Sampai saat ini, dunia penerbitan baik itu penerbit mayor maupun penerbit menghadapi sesuatu permasalahan. Masalah yang dihadapi hampir sama dengan kehidupan usaha yang lainnya, yang belum tahu kapan pasti berakhir. Dunia penerbitan adalah dunia bisnis semata, dengan tetap berpegang pada idealisme di dalamnya, dimana setiap penerbit mempunyai visi dan misi yang berbeda-beda.

Mencari keuntungan merupakan tujuan utama bagi setiap bisnis. Untuk diketahui, outlet utama bisnis penerbitan buku adalah pasar toko buku. Selain itu pasar di luar toko buku juga tidak dapat kita ke sampingkan. Maka, toko buku inilah yang menjadi soko guru dari bisnis penerbit sehingga ketergantungan ini sudah menjadi suatu ekosistem yang khas dalam dunia penerbitan.

Undang-undang Nomor 3 tahun 2017 mengatur tentang tata kelola perbukuan. yang dapat  dipertanggungjawabkan  dan terpadu, mencakup pemerolehan naskah, penerbitan, pencetakan, pengembangan buku elektronik, pendistribusian, penggunaan, penyediaan, dan pengawasan buku.

Saat ini yang menjadi masalah adalah dalam tahap pendistribusian materi yang telah diproses untuk dapat meningkatkan literasi baca di Indonesia. Literasi adalah kemampuan untuk memaknai informasi secara kritis sehingga setiap orang dapat mengakses ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas hidupnya (UU No 3-2017).

Tugas penerbit adalah mendapatkan ‘ naskah ‘ yang dapat diproses menjadi buku, sehingga menghasilkan keuntungan. Dengan demikian, bisnis penerbitan tersebut dapat berkembang dan meningkatkan literasi bagi masyarakat secara umum.

Untuk mengetahui definisi ‘naskah buku’ dan buku’ dapat ditelaah pada UU Perbukuan tersebut. Secara sederhana, pengertian naskah buku adalah draf karya tulis dan/atau karya gambar yang memuat bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir.

Maka, tugas penulis adalah menghasilkan naskah buku yang memenuhi kriteria bagi penerbit. Kemudian, penerbit akan mengolah naskah buku tersebut menjadi komoditas berupa buku cetak maupun buku elektronik menyesuaikan perkembangan jaman.

Sementara itu, mmenurut UU Perbukuan, buku adalah karya tulis dan/atau karya gambar yang diterbitkan berupa cetakan berjilid atau berupa publikasi elektronik yang diterbitkan secara tidak berkala. Seterusnya, baik itu penerbit buku mayor maupun minor dapat berperan saling melengkapi dalam memenuhi amanat undang-undang.

Buku merupakan outcome yang diakui oleh Undang-undang sebagai syarat dalam memenuhi kewajiban baik itu Guru, Dosen, maupun tenaga-tenaga kerja di Pemerintahan. Posisi buku diperkuat dengan UU 12/2012 Perguruan Tinggi Pasal 46 ayat 2 ….Hasil Penelitian wajib disebarluaskan…. dipublikasikan (dalam bentuk Buku Ber ISBN). Selain itu, PermenPAN 26/2009 Jabfung Guru dan Angka Kredit, Pasar 11 Ayat c-2 Publikasi Buku ber ISBN.

International Standard Book Number (ISBN) adalah kode pengidentifikasian buku yang bersifat unik dengan 13 digit.  Di Indonesia, yang mengeluarkan ISBN adalah Perpustakaan Nasional. Sedemikian pentingnya outcomes dari beberapa profesi pendidik, sehingga tumbuh suburlah penerbit-penerbit yang menyalurkan hasil pemikiran penulis dalam bentuk buku yang ber ISBN.

Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) merupakan wadah resmi yang diakui pemerintah untuk menerbitkan buku.  Sehingga, ada baiknya bapak dan ibu yang akan menerbitkan buku,  menggunakan wadah tersebut. Sebagai penulis, kita harus mencermati penerbit resmi yang diberi nomor tanda keanggotaan IKAPI

Setiap penerbit diperbolehkan untuk mengajukan Nomor ISBN ke perpustakaan nasional. Selanjutnya, perpustakaan nasional memberikan penanda tertentu dalam ISBN untuk menunjukkan skala produksi penerbitannya. Skala produksi ini menunjukkan kemampuan output buku yang dihasilkan serta kemampuan distribusinya ke masyarakat luas. Semakin besar output dan distribusinya, ISBN yang dikeluarkan oleh Perpusnas akan semakin banyak. Akhirnya diberikan kode produksi buku di ISBN dalam bentuk Publications Element Number.

Penanda yang diberikan Perpusnas dalam mendistribusikan nomor buku secara individual merupakan struktur ISBN. Sehingga kemudian muncul istilah penerbit mayor dan penerbit minor, berpedoman pada skala produksi. Peraturan pemerintah, terkadang bergerak mengikuti dinamika masyarakat. Karena banyaknya terbitan yang diajukan sebagai syarat Jabatan Fungsional bagi Aparat Sipil Negara (ASN), akhirnya pemerintah terkadang memberikan syarat tertentu untuk mempermudah klasifikasi pemberian nilai indeks di angka kredit. Sehingga munculah penerbit skala mayor (nasional) dan skala regional saja.

Secara khusus, Pendidikan Tinggi, mensyaratkan, untuk mendapatkan nilai angka kredit nasional harus diterbitkan di penerbit skala nasional (minimal 3 propinsi kantor pemasaran). Hal ini lah yang semakin menegaskan garis yang jelas penerbit mayor dan minor, hanya karena skala penjualannya. Ke depan akan semakin diperbaiki, mengingat penerbitan buku saat ini sudah mengikuti perkembangan teknologi yaitu penerbitan buku digital.

Saat ini, Edy juga sedang mengembangkan penerbitan digital di penerbit Andi, untuk mengantisipasi perkembangan jaman yang semakin nyata terlihat arahnya ke depan.

Bagi bapak ibu yang ingin tahu lebih kanjut tentang buku digital, dapat melihat percontohan buku digital dan proses pemasarannya di http://bukudigital.my.id

 atau dapat dilihat di http://ebukune.my.id

Kedua situs ini adalah proyek percontohan pengembangan buku digital perusahaan dan proses pemasarannya. Cobalah bertransaksi buku digital, supaya kita tidak ketinggalan jaman, karena buku digital ini akan menyatukan mindset penerbit mayor maupun minor, sehingga tidak ada lagi dikotomi hal tersebut. Yang ada adalah penerbit dengan kekhasan visi dan misi masing-masing, saling mengisi untuk meningkatkan literasi bangsa ini.

Saat ini penerbit Andi sedang mencoba memperbaiki proses distribusi materi dan literasi yang terhambat di era pandemi. Hal ini karena Toko Buku, Sekolah, dan Kampus belum dapat menjadi saluran yang dapat diandalkan dalam bisnis buku saat ini. Dengan berlakunya PSBB dan pembatasan kegiatan masyarakat di beberapa daerah, dengan otomatis Toko buku andalan penerbit yaitu Gramedia memarkirkan bisnisnya di sisi pit stop dan terhenti sama sekali. Dari omzet normal dan terhenti di pit stop menjadikan omzet terjun bebas hanya berkisar 80-90% penurunannya.

 Outlet yang tertutup menjadikan beberapa penerbit ikut terimbas, sehingga mereposisi bisnisnya kembali. Hal ini berdampak secara langsung ke produksi buku hingga ke sisi penulis buku yang telah memasukkan naskah ke penerbit menanti bersemi di Toko Buku. Penerbit tentunya gamang dengan keadaan seperti ini, mengingat suplai naskah masih berjalan bahkan tidak terimbas pandemi, akan tetapi proses menjadikan menjadi sebuah komoditas buku yang bernilai ekonomi sangat terhambat pandemi.

Penerbit saat ini sedang mereposisi diri untuk tetap bertahan, walaupun tentunya tidak akan mudah. Sehingga harus membuka saluran-saluran promosi baru untuk masih tetap mengobarkan semangat literasi di perbukuan. Saluran-saluran digital dapat menjadi alternatif untuk tetap berkembang mendistribusikan ilmu pengetahuan. Perusahaan mencoba mengembangkan channel TV Andi di Youtube, dan mengembangkan Production House Andi Academy, untuk tetap mengobarkan semangat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui penerbitan buku.

Bapak ibu dapat mencoba menawarkan naskah ke semua penerbit, karena pada saat ini kondisi naskah di beberapa penerbit masih tetap terbuka lebar. Yang menjadi masalah adalah proses produksi dan pemasarannya.. Semoga ke depan, Toko Buku, Aktifitas Belajar Mengajar kembali normal sehingga pasar buku dapat kembali menggeliat.

Walaupun kondisi pasar sedang lesu, bapak ibu kami sarankan tetap mengirimkan usulan naskah ke penerbit-penerbit baik skala mayor maupun minor. Karena peluang itu akan selalu ada. Ingat kembali bahwa sebagai guru, bapak ibu dituntut untuk menghasilkan outcomes atau luaran yang berdampak. Yaitu hasil tulisan buku yang ber ISBN, supaya ilmu bapak-ibu tidak hilang ditelan jaman.

Keputusan-keputusan strategik diperlukan, mengingat ketidak pastian yang sangat besar untuk memproduksi buku. Kami memarkirkan mesin-mesin kami hampir 50%, untuk mengurangi beban biaya produksi, otomatis tenaga kerja yang menggerakkannya kami kurangi jam kerjanya walaupun tidak begitu drastis. Buku-buku pendidikan, juga kita tetap pertahankan produksinya, karena kami yakin buku ini tidak lekang oleh keadaan apapun, sehingga produksi buku kita konsentrasikan ke buku pendidikan yang mempunyai pasar yang sangat stabil setiap tahunnya.

Tulislah rencana penulisan dengan target market yang dituju, terlebih jika bapak ibu tawarkan rancangan pemasarannya. Pemasaran era new normal sangat berbeda dengan era normal sebelumnya. Ke depan buku-buku mungkin akan disalurkan ke media e-book, untuk media printing offline mungkin akan semakin berkurang jumlahnya.  Ke depan media-media selain buku akan semain banyak menghiasi dunia pendidikan. Persiapkan hal ini dengan baik, karena hal ini membutuhkan keahlian yang berbeda dengan sebelumnya.

Dengan berbagai pengalaman ini, komunitas senasib sepenanggungan adalah wahana yang baik dalam mengelola tulisan. Dapat kami katakan pejuang literasi yang puritan seperti Oom Jay ini dapat memberikan angin segar untuk tumbuhnya penulis-penulis baru yang tangguh dan tidak cengeng dengan penolakan penerbit. Akan tetapi tetap berkarya hingga menghasilkan tulisan yang khas. Punya karakter sendiri dan tentunya ditunggu kehadirannya oleh pembaca dan penerbit tentunya.

C. Mudzakarah

P-1: Assalamualaikum  pak Bams...Pak Edi..dari Syafrina Solok, masih segar dalam ingatan ketika bapak memberikan materi di Talang Babungo bersama Om Jay. Pertemuan dengan Bapak menambah rasa penasaran dan keinginan yang besar bagi saya. Saya pernah berkomunikasi dengan bapak untuk menerbitkan buku kumpulan cerpen saya di Penerbit Andi.Tapi saya tak berani. Sekarang saya sedang rilis beberapa buku termasuk buku dari resume pelatihan kita ini. Apakah Penerbit Andi mau mewujudkan impian saya ? Bersediakah Bapak membimbing naskah saya agar bisa diterbitkan di Penerbit Andi ?

J-1: Siap ibu Syafrina, ada beberapa penulis yang mencoba untuk menerbitkan buku ke tempat kami. Kendala yang paling sering kami jumpai adalah proses pemasaran buku saat naskah ibu telah menjadi buku. Tidak semua saluran dapat menerima buku tesebut, sehingga perlu sekali memelajari karakter penerbit dalam menerbitkan buku sehingga dapat seirama dengan keingingannya.

 P-2: Eka Wiyati Lampung Timur. Materi yang keren. Mohon izin bertanya Mr. Bams dan pak Edi

1. Kriteria apakah yang menjadi syarat wajib naskah lolos masuk dan diterbitkan oleh penerbit mayor.

2. Apakah untuk menerbitkan buku dipenerbit mayor itu butuh perantara atau penulis bisa jalan sendiri?

3. Perbedaan penerbit mayor dan minor yang terfokus pada skala penjualannya, lalu menurut bapak apakah kualitasnya sebenarnya bisa saja buku yg diterbitkan di penerbit minor itu lebih baik. Atau seperti apa standarnya.

J-2:

1). Buatlah proposal ke penerbit yang isinya garis besar tulisan yang dapat ditawarkan ke penerbit. Penerbit akan melihat Tema, Judul Utama, Outline tulisan, pesaing buku dengan tema yang sama, positioning buku (harga, usia pembaca, gender, pendidikan, dll).

2). Untuk menerbitkan buku di penerbit mayor tidak ada perantara, bisa langsung ke penerbit yang bersangkutan. Akan tetapi penerbit kami biasanya mempunyai group2 penulis yang selalu memberikan perancangan tulisan yang akan diusulkan. Terkadang group penulis ini cukup baik dalam hal pemenuhan judul perencanaan dan eksekusinya, sehingga terjadi kesepakatan secara ekslusif untuk diterbitkan.

3). Kualitas terbitan skala minor dan mayor itu menurut saya sama, tidak ada bedanya. Terkadang penerbit mayor mempunyai team Riset dan Development, sehingga lebih fokus pemilihan materi sampai ke eksekusi pemasarannya.

Hal ini lah yang membedakan penerbit mayor dan minor, penerbit mayor mempunyai tool-tool pemasaran yang lebih banyak, tool Riset dan Development yang fokus pengembangan materi.

P-3: Weni Elisa Sumatra Barat. Yang ingin saya tanyakan bagaimana kriteria Naskah buku yang sesuai dengan penerbit mayor.

J-3: kriteria naskah sesuai dengan visi misi penerbit. Kami adalah penerbit buku untuk pengayaan pendidikan dari dasar hingga perguruan tinggi. Hampir 70% buku yang kami terbitkan adalah dengan tema tersebut, sisanya adalah tema umum 30%. Apabila kans untuk dapat terbit tentunya mengikuti kebijakan penerbit tersebut yaitu buku pengayaan pendidikan 70%.

Kirimkan usulan atau sampel buku beserta dengan bagaimana perencanan distribusi menurut penulis sehingga penerbit akan dapat mempunyai gambaran ke mana buku tersebut dapat disalurkan. Kepada siapa sasaran buku itu ditulis, market mana yang diinginkan penulis untuk menjaring pembacanya.

P-4: Reni Bantaeng. Saya mau tanya ke Pak Edi nih. Apa kelebihan dari Penerbit Andi sehingga bisa menjadi penerbit mayor? Trus, apa ciri khas penerbit Andi dibandingkan dengan penerbit mayor lainnya?

J-4: penerbit mayor biasanya tidak saling tumpang tindih dalam memilih materi terbitannya, sehingga tidak begitu keras dalam bersaing saat di pasar. Terkadang penerbit mayor satu dengan yang lain saling mengintip, untuk saling mengembangkan lini yang mungkin sudah dirintis sebelumnya. Proyek rintisan ini cukup banyak memakan pembiayaan, dengan risiko gagal di pasar. Buku yang telah kami terbitkan saat ini banyak terdiri dari buku Perguruan Tinggi, dan Buku SMK yang belum banyak pemainnya.

Di samping buku pengayaan, kami juga ikut dalam kompetisi buku umum dalam hal ini buku fiksi maupun buku tema-tema umum yang tidak ada hubungannya dengan pendidikan.

P-5: Endah Lebak. Saat ini dunia penerbitan dihadapkan oleh tantangan yg ditimbulkan akibat pandemi. Selain itu akhir2 ini marak dengan juga dengan digitalisasi perbukuan...bagaimana bpk menyikapi hal tersebut berkaitan dengan penerbitan buku?

J-5: Memang betul sekali, penerbitan saat ini menghadapi situasi yang sangat sulit. Banyak yang tdk kuasa menahan derasnya Corona sehingga berhenti berproduksi. Mau tidak mau kita harus tetap survive dan belajar beradaptasi. Bayangkan karyawan kami sudah mencapai 500 orang, dan setiap bulannya harus gajian, mau tidak mau kita tetap harus berproduksi.

 Kami terus mengembangkan materi yang mendukung terbitan buku kami, dengan mengandalkan media-media sosial online, kerjasama dengan sekolah, kampus, institusi, dan pemerintahan untuk tetap memertahankan terbitan kami, sehingga indeks literasi bangsa ini masih tetap terjaga.

Kanal-kanal pendidikan untuk mendukung pemasaran kita buka. Sehingga semangat dalam menerbitkan tulisan yang bapak-ibu tulis akan tetap menyala, walaupun mungkin medianya akan berubah. Hal ini lah yang menjadi tantangan ke depan bagi bapak ibu sekalian, karena tidak sekadar hanya menulis saja, akan tetapi dapat berdiskusi, berinteraksi dengan kanal-kanal saluran modern.

Insyaa allah tahun ajaran depan sekolah kami menggunakan buku Informatika kelas 7,8 dan 9. Nah adakah fasilitas lain dari penerbit untuk mendukung kegiatan di sekolah. Misalnya peminjaman zoom yang kapasitas besar, misalnya 1000

Siap pak Bams kami selalu terbuka, dan siap bekerjasama. Saluran kanal-kanal kami dapat dimanfaatkan pak, karena itulah tool yang saat ini diperlukan untuk mensukseskan sebuah produksi buku.Atau narasumber dari penerbit. Dapat dibuat acara-acara yang mendidik baik online maupun offline, kami dapat berdiskusi untuk menghadirkan beberapa nara sumber kami pak Bams.

P-6: Syamsul Badri. Mau tanya bagaimanakah definisi buku yg baik? Sehingga lolos kepenerbit mayor? Buku dikatakan baik itu bagaimana?. Pertanyaan tersebut dengan gambar ini pak. Buku yang baik harus dipersiapkan naskahnya oleh penulis, kesatuan penyajian dan pembahasaan dapat dibantu oleh penerbitnya. Pada dasarnya ketiganya harus menyatu dengan baik, hal ini butuh kerjasama, komunikasi saat proses penerbitan antara penulis dan penerbit.

Materi harus unik, artinya mempunyai kekhasan tersendiri dibanding buku pesaing.

Hal yang penting lagi adalah hindari plagiarism ( copy and paste). Usahakan proses penyuntingan mandiri dapat dilakukan untuk mempercepat proses. Penyuntingan mandiri merupakan perbaikan yang dilakukan terhadap draf naskah dari segi kesalahan tipografi, kesalahan bahasa, kesalahan data dan fakta, serta pelanggaran legalitas dan norma.

Demikianlah resume ke-11 pada pertemuan hari ini, semoga membawa manfaat bagi kita semua, aamiin. Salam literasi dari bumi Kualuh, basimpul kuat babontuk elok.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

AHMAD FADILLA SIANAK BAJA

KELOLA RASA TAKUT, JADILAH PENULIS BERMENTAL BAJA