LIDAH MERTUA VERSUS ISTRI REBORN
Pertamakali melihat
tanaman dengan dedaunan berwarna hijau,
dihiasi bintik-bintik putih, kesannya biasa saja. Tanaman tersebut dapat
ditemukan dengan mudah dipekarangan rumah, dan biasanya kurang terawat. Namun saya
selalu malah penasaran, termasuk jenis apakah ‘dia’, bunga, tanaman liar, atau
malah ‘sekelas’ dengan aglonema atau monstera. Tak dinyana, nama tanaman
tersebut popular dengan sebutan “lidah mertua”.
Masih penasaran juga
kenapa disebut “ lidah mertua” ( mother in law’s tongue). Fakta, daunnya yang lurus dan kaku mengerucut dibagian ujung, dan ujung
daun tersebut sangat tajam dan keras. Barangkali inilah alasan maka disebut bunga
lidah mertua. Namun kali ini saya tidak akan membahas tentang tanaman tersebut,
walaupun belakangan ini keindahannya mulai dilirik, karena harganya sekitar $84
atau setara dengan Rp. 1.200.000. Jangan protes ya emak-emak, itu harga di luar
negeri.
Kembali fokus pada
lidah mertua dalam arti sebenarnya, abaikan bunga lidah mertua yang kian
fenomenal. Belakangan ini, saya sangat dimanjakan oleh banyaknya platform yang
mewadahi para penulis (author, lebih dikenal dengan sebutan thor) untuk
berkarya. Mulai dari cerpen, cerbung, bahkan novel yang dapat dinikmati secara gratisan,
maupun pakai koin. Awalnya sih terasa enjoy saja melahap karya faksi, yang
berkisah tentang tema menarik. Tema yang diangkat para author terutama tentang
mertua yang jahat; menguasai penghasilan anak lelakinya; menganggap menantu
adalah orang lain, dengan dalih bahwa surga sang anak lelaki dibawah telapak
kaki ibu.
Kemudian, muncul sosok
ipar, yang tetap meminta “jatah” bulanan kepada saudara laki-lakinya, walaupun
dia sudah beristri bahkan memiliki anak, pun juga si ipar sudah bersuami. Yang
paling menyedihkan adalah sosok sang istri yang selalu diabaikan; diberi uang belanja
seadanya, bahkan dijatah oleh ibu mertua, selalu pasrah dengan keadaan, dan menjadi
asisten rumah tangga all out. Namun kemudian tiba-tiba, sang istri yang selalu
dizalimi mendadak kaya raya. Istri yang selalu berdaster lusuh, wajah
berminyak, tubuh gembrot berubah menjadi istri reborn. Sang istri reborn
tersebut menjelma menjadi pengusaha yang memiliki berbagai perusahaan dengan nominal
penghasilan diluar nalar. Latahnya lagi, istri reborn menjadi author dengan
penghasilan puluhan bahkan ratusan juta sebulan.
Istri reborn juga
merubah penampilan. Wajah glowing; gawai keluaran terbaru yang harganya belasan
juta; outfit branded (limited edition pula); mobil mewah; cinderella berubah
menjadi sang ratu; kira-kira demikianlah gambaran sosok istri reborn dalam
berbagai cerita tersebut. Yang membuat saya agak terheran-heran, kok para
readers (pembaca) malah menyukai bahkan menggilai kisah-kisah seperti itu.
Apakah readers menganggap bahwa tokoh utama dalam cerita tersebut adalah diri
mereka sendiri?.
Beberapa waktu
kemudian setelah cerita dengan topik seperti tadi menjadi tren, maka ada author
(author garis lurus) yang mencoba memberi pemahaman lewat tulisan di komunitas
online tersebut. Sang author garis lurus menyampaikan pendapatnya bahwa cerita
seperti itu kurang mendidik, seolah-olah isi cerita menjadi ciri khas atau
karakter umum masyarakat kita. Namun apa tanggapan netizen?. Ibarat anak kecil
yang dilarang makan lolypop dengan alasan berpotensi menimbulkan sakit gigi,
maka netizen mengamuk bandang. Mereka menyerang author garis lurus dengan
berbagai makian dan celaan. Salah si author garis lurus apa ya?.
Tak bisa dipungkiri,
hubungan antara mertua, menantu, dan ipar seringkali kurang harmonis. Banyak faktor
yang menjadi penyebab, mulai dari strata sosial yang berbeda, anak yang selama
melajang jadi tulang punggung keluarga, menantu yang pure ibu rumahtangga, dan
seterusnya. Namun, haruskah konflik dalam keluarga menjadi konsumsi publik,
apalagi sampai dipajang di akun media sosial?.
Ketika seseorang
memutuskan untuk menikah, maka harus mempersiapkan fisik dan mental. Terutama,
harus mampu menjaga hati, lebih tepatnya berbagai hati, baik hati dari keluarga
sendiri maupun dari keluarga mertua. Tidak ada istilah bahwa menantu adalah
orang lain, yang harus dinafkahi oleh sang suami. Jika para emak berpendapat
begini, rela tidak ya jika suatu saat anak perempuannya diperlakukan sama di
keluarga suaminya kelak. Walaupun tidak ada ‘hukum karma’, tapi ‘hukum tabur
tuai’ tetap berlaku. Apa yang kita lakukan terhadap orang lain, maka kita juga
akan menerima balasan yang sama.
Saya pikir, tidak ada alasan
bagi seorang ibu/emak untuk berlaku tidak baik terhadap menantu. Bila menantu
tidak pintar masak, maka dibimbinglah, barangkali passionnya di bidang lain,
misalnya mencuci gosok pakaian, atau membersihkan rumah. Apa manfaatnya jika
kekurangan menantu kita beberkan kepada orang lain, kepada tetangga atau
teman-teman?. Yang ada, kita akan diberi stigma buruk, bahwa kita adalah ‘tukang
ngegosip’. Maka, simpanlah baik-baik apapun kelemahan/kekurangan yang dimiliki
oleh anggota keluarga kita.
Demikian halnya dengan
interaksi antar ipar. Sangat sering terjadi gontok-gontokan bahkan saling
serang di media sosial mempertontonkan ketidakakuran ipar. Janganlah pernah
berpikir bahwa ipar adalah orang yang menyerobot perhatian saudara laki-laki kita.
Andai si abang (saudara laki-laki) memenuhi segala kebutuhan kita ketika dia
masih lajang, dan sekarang menjadi pelit (versi kita), maka pahamilah, dia
sudah punya tanggungjawab terhadap anak dan istri.
Semoga saja tren istri
reborn di berbagai platform menulis segera usai. Saya sebagai penikmat
kisah-kisah faksi (fakta-fiksi) sangat-sangat merindukan munculnya author garis
lurus yang tulisannya benar-benar mampu mengedukasi interaksi antara mahluk
berstatus mertua, menantu, dan ipar. Jikapun tulisan saya kali ini kurang
berkenan, saya mohon maaf, karena saya memiliki kelemahan, tidak mampu menjadi orang
yang memberi rasa puas bagi semua pihak. Yuk menulis, saatnya istri reborn
bereinkarnasi. Salam literasi dari bumi Kualuh, basimpul kuat babontuk elok.
1.Selalu berusaha menjadi pribadi yang baik apapun status kita....2. belajarm keadaan sekeliling....3. semoga kita pembelajar yang BAHAGIA fiddunya wal akhiroh....aamiin
BalasHapusSelulu menjadi pribadi yang seutuhnya
BalasHapus