JALAN MENUJU PENERBIT MAYOR
RESUME
KE-12
Narasumber
: JOKO IRAWAN MUMPUNI
Tema
: Penerbit Mayor
Moderator : Rita Wati
Jum’at,
30 April 2021
A. PENDAHULUAN
Hari ini, jum’at 29 April 2021 adalah pertemuan ke-12
pelatihan belajar menulis. Narasumber kali ini adalah bapak Joko Irawan Mumpuni,
beliau merupakan Direktur Penerbit ANDI. Selain itu, beliau juga menjabat Ketua
I IKAPI DIY , penulis buku bersertifikat BNSP dan asesor BNSP. Moderator kita
diamanahkan kepada ibu Rita Wati, yang akan memandu kegiatan ini sampai selesai
nantinya.
Materi hari ini adalah Penerbit Mayor. Pada kegiatan
hari ini, pak Joko akan menggabungkan antara slide dengan voice note. Ada
tujuan tertentu maka beliau memakai voice note, yaitu supaya peserta pelatihan
lebih kreatif untuk membuat resume, sehingga terhindar dari copy paste. Mari
kita simak pemaparan pak Joko.
Sebuah keberhasilan bagi seorang penulis adalah ketika
karyanya dapat menembus penerbit mayor. Untuk memahami bagaimana proses yang
harus dilalui agar buku bisa memenuhi pasar lokal maupun nasional, berikut ini
skemanya:
Dalam
menerbitkan buku, maka penulis harus memiliki indikator atau target pasar dalam
memasarkan buku. Untuk itu, ada beberapa indikator:
1.
Buku Pelajaran (Bupel), biasanya bupel memenuhi rak buku di pasar karena lebih
bersifat continue dan sesuai kebutuhan kurikulum.
2. Buku Perguruan Tinggi (Buku
Perti). Salah satu buku yang berhasil diterbitkan PT Andi adalah buku
‘From Star Up to Unicorn’, bekerjasama
dengan pihak kampus.
3. Buku Fiksi dan Non Fiksi
Namun demikian, kesuksesan dalam
menerbitkan buku bergantung juga kepada budaya liteasi masyarakat itu sendiri.
Ada berbagai hal yang menjadi kendala dalam pertumbuhan budaya literasi yang
berimbas pada pertumbuhan industry penerbit, yakni:
a. Minat baca: kurangnya budaya baca;
kurangnya bahan bacaan; serta rendahnya kualitas bacaan.
b. Minat tulis: rendahnya budaya
tulis; tidak tahu prosedur menulis; adanya anggapan yang salah tentang dunia
penulis dan dunia penerbit.
c. Apresiasi hak cipta; Di negara
kita, apresiasi dan perlindungan terhadap hak cipta masih rendah. Faktanya,
masyarakat masih menggandrungi budaya membajak; duplikasi non legal; serta
perangkat hukum yang masih lemah menjadi tolok ukur yang kuat.
Sejatinya,
tak ada yang sulit dalam menulis, setiap orang terbiasa menulis. Apakah menulis
dalam WA, atau menulis dalam akun media sosial lainnya. Sebaiknya menulislah,
karena penerbit siap membantu.
Berikut
ini langkah mudah untuk menerbitkan buku ke penerbit mayor:
1).
Penulis mengirim naskah ke penerbit, kemudian akan diberi penilaian. Penilaian
tersebut meliputi apakah tulisan ini akan mendatangkan keuntungan?. Jika iya,
maka dinyatakan lolos seleksi. Secara keilmuan, naskah yang lolos seleksi dan
meraih predikat bagus mendapat bobot 30%.
2).
Setelah naskah diterima, maka penerbit akan menyurati penulis untuk menerbitkan
naskah, yang disertai dengan surat perjanjian.
3).
Penulis mengirim ulang naskah utuh dalam bentuk soft copy.
4).
Penulis melakukan editing dan setting terhadap naskah yang dikirim. Dalam
melakukan editorial, penerbit memberi bobot 10%.
5).
Penerbit membuat cover; mencetak masiv; serta mengedarkan ke seluruh toko buku
di Indonesia. Untuk point ke-5 ini, penerbit menentukan peluang potensi pasar
dengan bobot plus minus 50-100%.
6).
Setelah naskah terbit, maka reputasi penulis akan mencapai bobot 100%.
Keuntungan
apa saja yang didapatkan dari menulis buku?. Bagi seorang penulis, berbagai
keuntungan yang didapatkan dari menulis, seperti peningkatan finansial;
peningkatan karir; kepuasan batin; serta reputasi.
Secara
umum, pihak penerbit telah melakukan berbagai penyederhanaan terhadap proses
penerbitan. Mulai tahap awal, maka hanya dibutuhkan 4 tahap hingga buku sampai
ditangan pembaca seperti pada skema berikut ini.
Untuk
memahami naskah apa yang diterbitkan, mari kita pahami skema berikut:
Dari skema tersebut dapatlah kita
pahami, bahwa poin paling penting adalah menerbitkan buku dengan ‘Tema popular
dari penulis populer’. Bagi seorang penulis pemula yang ingin menerbitkan buku,
maka pilihla naskah yang temanya populer, walaupun penulisnya tidak populer.
Naskah yang ditolak oleh penerbit adalah naskah yang temanya tidak populer dan
penulisnya tidak popular. Lantas, apakah yang dimaksud dengan tema populer?.
Tema populer adalah tema yang sedang tren. Untuk mengetahui apa yang sedang
menjadi tren, maka bis akita manfaatkan aplikasi google trend, apakah naskah
yang kita tulis termasuk kategori populer atau tidak.
Selain
itu, untuk penulis pemula, tulislah naskah yang marketnya sempit tapi life
scalenya panjang, seperti menulis ilmu-ilmu pengetahuan. Salah satu kata kunci
dari penerbit adalah bahwa penerbit menyukai naskah yang marketnya lebar, life
scalenya panjang, seperti kamus, ensiklopedia, dan lain-lain. Pada akhirnya
nanti, seorang penulis akan memiliki pengaruh produktivitas dan kualitas.
Penerbit juga menyukai penulis yang idealis dan industrialis. Bila digambarkan
seperti berikut ini:
Dipenghujung
paparan beliau, dikatakan bahwa seorang penulis harus berpikir idealis (menulis
tidak begitu memperhatikan kebutuhan pasar; independent; tidak berorientasi
kepada uang semata). Penulis harus berpikir idealis-industrialis (tetap
mempertimbangkan kebutuhan pasar dan harus berani bersikap, walau berbeda
dengan sikap para penulis lainnya, serta mampu menyeimbangkan antara
kesempurnaan karya dan produktivitas).
‘Jika
ada 5 ekor burung yang hinggap didahan, 3 diantaranya ingin terbang,
pertanyaannya, berapa ekorkah burung yang hinggap didahan?’. Maka jawabannya
tetap 5 ekor, karena yang 3 ekor masih ingin terbang, belum terbang. Hal ini
bisa dianalogikan kepada kita, berapa orang yang akan menjadi penulis?,
jawabannya adalah yang sudah menulis, bukan hanya ingin menulis. Dengan kalimat
penutup yang sedemikian lugas, maka pemaparan pak Joko usai sudah, Semoga
membawa manfaat bagi kita semuanya, aamiin. Salam literasi dari bumi Kualuh,
basimpul kuat babontuk elok.
Komentar
Posting Komentar