MENULIS BUKU NON FIKSI

 

RESUME KE-16

Narasumber   : MUSIIN M.Pd..

Tema              : KONSEP Buku  Non Fiksi

Moderator      : AAM NURHASANAH

Jum’at, 21 Mei 2021

 

Kembali fitrah. Usai melaksanakan ibadah puasa selama 30 hari, tibalah hari yang dinanti, hari kemenangan. Setelah sepekan merayakan lebaran dengan berbagai warna ditengah keluarga, maka kembalilah ke rutinitas semula. Kegiatan pelatihan menulis gelombang 18 dilanjutkan kembali.

Jadwal kegiatan tidak lagi berlangsung di siang hari seperti saat di bulan Ramadhan, tetapi kembali ke jadwal pertama pelatihan, yakni pukul 19.00-21.00 WIB.  Pertemuan kali ini dipandu oleh bu Aam Nurhasanah dengan narasumber bu Musiin, M.Pd. Mengabdi sebagai seorang guru di Kediri, beliau merupakan alumnus kelas belajar menulis gelombang 8.

 

 

Konsep buku non-fiksi merupakan tema malam ini. Bu Iin, demikian panggilan akrab beliau, menceritakan pengalaman menulis buku tandem dengan Prof Ekoji. Saat ini buku karya bu Iin bertengger manis di etalase toko buku Gramedia di seluruh Indonesia. Bersama bu Iin, 8 orang teman seangkatan beliau juga berhasil menerbitkan buku di penerbit Andi.

 

Untuk memupuk kecintaan dalam menulis, maka seorang penulis harus kembali pada niat awalnya. Hal apa yang mendasari atau menjadi alasan kuat seseorang menjadi penulis?. Berdasarkan pengalaman bu Iin, ada 3 hal yang menjadi keinginan mendasar yang beliau miliki sebelum menulis, yakni:

1. Ingin mewariskan ilmu dengan buku

2. Ingin memiliki buku solo yang terpajang di toko buku online maupun offline.

3. Ingin mengembangkan profesi sebagai guru.

 

Sebagai motivasi untuk dirinya sendiri, bu Iin juga menjadikan quotes dari beberapa tokoh sebagai motivasinya dalam menulis. Berikut ini  adalah beberapa quotes dari penulis ternama:

 

 

Selanjutnya bu Iin menjelaskan, pada dasarnya ada 3 pola dalam menulis buku non-fiksi.

1). Pola Hierarkis; menulis berdasarkan tahapan-tahapannya. Artinya penulisan dimulai dari yang mudah ke hal yang lebih sulit; ataupun dari sesuatu yang sederhana hingga ke materi yang lebih kompleks. Contohnya: buku pelajaran.

2). Pola Prosedural; menulis diurutkan berdasar pada langkah-langkah dalam prosesnya. Contohnya: buku panduan.

3). Pola Klaster; penulisan yang disusun secara poin per poin atau dari satu bagian ke bagian lainnya. Pola ini biasanya diterapkan dalam menulis buku kumpulan tulisan (antologi) maupun buku berisi beberapa bab yang memiliki tema yang sama.

 

Untuk menulis buku non fiksi, dibutuhkan 4 langkah penting, yaitu:

(1). Kegiatan Pratulis

Pada langkah pertama ini, penulis harus melewati 9 tahapan menulis;

a. Menentukan tema

b. Menemukan ide

c. Merencanakan jenis tulisan

d. Mengumpulkan bahan tulisan

e. Bertukar Pikiran 

f. Menyusun daftar

g. Meriset

h. Membuat mind-mapping

i. Membuat kerangka

 

Pada umumnya, tema yang  dibahas dalam buku non fiksi adalah tentang pendidikan, keluarga, motivasi, parenting, dan lain sebagainya. Supaya tulisan etrtata dengan baik dan rapi, maka dibutuhkan anatomi buku. Anatomi buku harus memiliki susunan seperti berikut ini:

a). Halaman judul

b). Halaman persembahan (boleh ada boleh tidak)

c). Halaman daftar isi

d). Halaman kata pengantar (opsional)

e). Halaman prakata

f). Halaman ucapan terima kasih (jika ada)

g). Bagian atau bab-bab

h). Halaman lampiran (kalau ada)

i). Halaman glosarium

j). Halaman daftar pustaka

k). Halaman indeks

l). Halaman tentang penulis

 

 

(2). Menulis Draf

Langkah kedua dalam menulis buku non fiksi adalah menulis draft. Lakukanlah kegiatan menulis tanpa batasan yang mengikat, sebab yang  terpenting adalah menulis dan terus menulis. Konsep tulisan dituangkan dengan prinsip kebebasan. Di tahap ini, abaikan kesempurnaan tulisan, karena bukan merupakan hal pokok. Tapi, fokuslah  pada penulisan ide-ide dalam benak, dan segera tuang dalam bentuk tulisan.

 

(3). Merevisi Draf

Langkah berikutnya, penulis harus melakukan revisi terhadap sistematika atau struktur tulisan dan cara penyajiannya. Selain itu, penulis juga harus memeriksa gambaran umum dari naskah tulisannya.

 

(4). Menyunting Naskah

Langkah terakhir yang harus dilakukan dalam menulis buku non fiksi adalah menyunting naskah berpedoman pada KBBI dan PUEBI. Ada 5 hal yang harus diperhatikan dalam proses menyunting naskah, yaitu;

a. Ejaan

b. Tata Bahasa

c. Diksi

d. Data dan fakta

e. Legalitas dan norma

 

Bu Iin sebagai narasumber malam ini, menyampaikan  bahwa menulis adalah kegiatan yang penuh dengan hambatan. Secara umum, hambatan yang sering ditemukan oleh penulis adalah hambatan waktu, kreativitas, teknis, tujuan, dan psikologis.

 

Untuk mengatasi hambatan tersebut, setidaknya ada 4 hal yang dapat dilakukan, yakni;

1. Perbanyaklah  membaca berbagai jenis bahan bacaan.

2. Cari inspirasi di lingkungan sekitar.

3. Disiplinkan diri untuk menulis setiap hari.

4. Pergi ke pasar walau untuk sekadar ‘window shopping’ dan memasak.

 

Poin terakhir terdengar unik, ternyata bu Iin memiliki hobi memasak. Sehingga beliau memasukkan aktivitas memasak sebagai mood-booster dalam menulis. Kalau saya sendiri lebih menyukai lantunan ayat suci diselingi lagu-lagu lawas dari benua Eropa di era 1970-an. Saya bisa bertamasya ke masa kecil, Ketika ayah saya setiap hari memutar lagu-lagu seperti “Let just kiss and say goodbye”, atau “ Que Sera-sera”, pun juga “ La Paloma”. Tentu anda juga memiliki mood-booster sendiri, maka temukanlah apa mood-booster anda sesuai hobi.

 

Semoga ilmu yang didapat malam ini membawa keberkahan, dan semoga Allah SWT memberi tambahan ilmu serta derajat yang mulia bagi para mentor kita di gelombang 18. Salam literasi dari bumi Kualuh, basimpul kuat babontuk elok.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

AHMAD FADILLA SIANAK BAJA

KELOLA RASA TAKUT, JADILAH PENULIS BERMENTAL BAJA